TEORI BELAJAR ABAD KE-20
1. Teori Behavioristik
Rumpun
teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah
laku yang dapat diamati. Tokohnya E.L Thorndike, Ivan Patrovich, B.F Skinner
dan Bandura. Temuan penelitian para ahli ini dalam prinsipnya mempunyai
kesamaan, yaitu bahwa perubahan tingkah laku terjadi karena semata-mata oleh
lingkungan.
Teori Koneksionisme (Thorndike)
Prinsip
pertama dari teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan membentuk
asosiasi antara kesan panca indra dengan kecenderungan bertindak. Prinsip kedua
adalah pelajaran akan semakin dikuasai bila diulang-ulang. Prinsip ketiga
adalah koneksi antara kesan panca indra dengan kecenderungan bertindak dapat
melemah atau menguat, tergantung pada hasil perbuatan yang pernah dilakukan.
Teori Behaviorisme
Teori
Behaviorisme adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku
manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap
lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Teori Clasiccal Conditioning (Pavlov)
Pavlov
membuat teori pada eksperimennya yang terkenal tentang fungsi kelenjar ludah
pada anjing. Kemudian, ia menyimpulkan bahwa tingkah laku tertentu dapat
dibentuk secara berulang-ulang. Watson mengembangkan teori tersebut.
Teori Operant Conditioning (Skinner)
Teori
Operant Conditioning memiliki persamaan dengan teori Pavlov dan Watson, tetapi
lebih terperinci. Ia membedakan adanya dua macam respons: respondent response,
yaitu respons yng ditimbulkan stimulus tertentu, dan operant respondent, yaitu
respons yang menimbulkan stimulus baru sehingga memperkuat respons yang telah
dilakukan.
2.
Teori
Kognitif
Tokohnya
Kohler, Max Wertheimes, Kurt Lewin dan Bandura, dasar teori belajar tokoh ini
sama. Yaitu dalam belajar terdapat kemampuan mengenal lingkungan, sehingga
lingkungan tidak otomatis mempengaruhi manusia.
Teori Gestalt
Teori
kognitif dikembangkan oleh para ahli psikologi Kognitif. Teori ini berbeda
dengan Behaviorisme, bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui
dan bukan respons. Teori ini menekankan pada peristiwa mental, bukan hubungan
Stimulus-respons. Teori Gestalt, berkembang dijerman dengan pendirinya yang
utama adalah Max Werthaimer, menurut Gestalt belajar siswa harus memahami makna
hubungan antar satu bagian dengan bagian lainnya. Belajar adalah mencari dan
mendapatkan prognanz, menemukan keteraturan, keharmonisan dari sesuatu.
Teori Medan (Kurt Lewin)
Pada
dasarnya, teori Lewin dapat dikatakan sebagai perluasan teori Gestalt, yaitu:
1.
Belajar adalah pengubahan struktur
kognitif. Maknanya, pemecahan problem hanya terjadi bila struktur kognitif
dirubah.
2.
Hadiah dan hukuman merupakan dua sarana
motivasi belajar yang memerlukan pengawasan agar digunakan wajar dan tepat.
3.
Faktor motivasi belajar lain adalah
masalah sukses dan gagal. Sukses akan menjadi pendorong belajar, sedangkan
gagal akan menyebabkan kemunduran belajar.
Teori
Medan atau Field, menurut teori ini individu selalu berada dalam suatu medan
atau ruang hidup. Dalam medan hidup ini ada suatu tujuan yang ingin dicapai,
tetapi untuk mencapainya selalu ada hambatan. Jadi perbedaan pandangan antara
pendekatan Behavioristik dengan Kognitif adalah sebagai berikut:
a. Proses
atau peristiwa belajar seseorang, bukan semata-mata antara ikatan Stimulus,
Respons, melainkan juga melibatkan proses kognitif.
Dalam peristiwa
belajar tertentu yang sangat terbatas ruang lingkupnya misalnya belajar meniru
sopan santun dimeja makan dan bertegur sapa. Peranan ranah cipta siswa tidak
begitu menonjol, meskipun sesungguhnya keputusan untuk meniru atau tidak ada
pada diri orang itu sendiri
0 komentar:
Posting Komentar